Suka Duka Seorang Trader
Sebuah perjalanan yang begitu panjang bisa jadi itu merupakan hal yang membuat seseorang berani melangkah lebih jauh lagi. Tentunya dengan mengubah batasan menjadi pengetahuan atau kitab teles. Beberapa orang melihatnya dipermukaan, sepertinya gampang, mengasyikkan, menakutkan. Ya, begitulah cerita menjadi seorang trader.
Saya menjadi seorang trader, di tahun 2020 dan mulai fokus di bulan Desember 2020. Hal itu membuat saya sombong karena hasilnya pernah mencapai sama dengan salary 1 bulan saat bekerja. Bangga, greedy semua sudah saya lewati di bulan Desember 2020. Namun pengalaman itupun belum akan usai, karena sebuah pasar merupakan tempat penyimpanan uang bagi orang yang meyakini dan begitu juga bagi yang meyakini nya pun diperlukan tingkat waspada yang harus dijaga dengan mempelajari hal-hal yang akan/ sedang terjadi didunia setiap harinya.
1. Saham
Akhirnya masa window dressing (saham) sudah usai. Di pertengahan Januari 2021 sudah tercium bau IHSG hendak turun kebawah 6000. Sebagai pemula kita tidak akan percaya begitu saja dengan mata kepala sendiri jadi mencari opini dari trader-trader yang sudah senior memang diperlukan. Ah tapi benar firasat kitalah yang harusnya kita percaya, bukan trader yang sudah terkenal itu. Bagaimanapun juga pemilik dana tersebut adalah kita sendiri. Sadarlah.
Awalnya saya berpikir bahwa keuntungan dari saham, saya belikan saham khusus jadi tidak saya ambil. Namun, pandangan saya segera berubah ketika membaca buku Desmond Wira (Psikologi Trading), dimana keuntungan tersebut harus dipisahkan dari modal. Hal ini memang benar adanya, dan lebih baik lagi didepositokan ke Bank. Meskipun uang dideposito tidak linier dengan inflasi yang terjadi. Maksudnya meskipun uang kita tidak hilang tapi uang kita segitu-segitu saja dan bahkan bunga di Bank tidak menjamin uang kita setara nilainya di 1 tahun ke depan saat jatuh tempo. Uang itu menyusut, karena saya mengakui bunga deposito di Bank sangat kecil apalagi untuk uang dari retail seperti saya.
Namun, menabung di Bank seperti deposito, sukuk, obligasi jauh lebih aman daripada uang dari keuntungan yang kita tempatkan menjadi aset/modal lagi di saham.
Saya tidak menggunakan robot untuk trading, karena sebagai full time trader mewajibkan kita untuk mengasah otak dan harapannya nanti mampu menganalisa pasar lebih baik lagi. Robot memang ada baiknya, akan tetapi robot harus diimprove kembali dalam kurun waktu tertentu karena trading bersifat dinamis.
2. Forex
Pilihan yang tepat ketika sudah mengenal saham adalah Forex. Beberapa investor saham menolak untuk bermain di Forex dikarenakan hal tersebut berdampak bagi perekonomian dari negara yang mata uangnya kita perjualbelikan. Saya agak was-was ketika mendengar hal tersebut, bagaimanapun juga saya hanya ingin bahwa uang yang saya hasilkan adalah halalan toyyiban dan tidak merugikan banyak orang.
Saya memperdalam pemahaman dari literatur-literatur yang ada, hasilnya malah berbalik arah karena justru dengan adanya para trader forex sebuah negara dituntut untuk menggunakan keahliannya dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional. Bahkan bisa jadi mereka pun juga diuntungkan dengan adanya para trader.
Bermain forex adalah sebuah kunci kehidupan dan juga sebuah kunci kematian. Keduanya berkaitan dalam mempermainkan psikologi seseorang, dan bahkan keduanya saling melengkapi 1 sama lain seperti Yin dan Yang. Percayalah, jangan menjadi seorang trader jika uang yang kalian miliki belum banyak (Banyak itu Relative). Mengapa demikian? beberapa dari teman-teman pasti pernah mendengar ada orang yang bunuh diri karena bermain forex. Ada juga yang memamerkan profit sekian, bisa ngegym, dan bahkan berlibur ke luar negeri. Itu merupakan 2 mata pisau, karena dalam bermain forex memang pilihannya ada 2 yaitu buy dan sell. Kita bisa menyebutnya 2 arah, jika salah dalam pengambilan keputusan maka uang akan habis taktersisa dan bisa disebut dengan Margin Call (MC). Berbeda dengan bermain saham, permainannya adalah 1 arah jika teman-teman buy dan selanjutnya tinggal menunggu kapan profit. Hehe.
Awal saya bermain forex diawali dengan keuntungan, dan lama-lama MC 1X karena greedy. Saya mulai frustasi dan ingin meninggalkan dunia forex namun saya diingatkan kembali tujuan saya bermain forex sehingga saya pun mulai belajar sampai sekarang dan bahkan selamanya. Tidak ada yang mudah didalam trading forex dan bahkan orang yang sudah seniorpun masih bisa mengalami kerugian. Oleh karena itu, banyak yang mengajarkan Money Management dan Risk Reward Ratio. Percayalah, terjun didunia forex maka kalianpun juga diwajibkan untuk bersedia rugi. Bermain trading adalah jam terbang, semakin kita bisa mengenal pasar maka kitapun juga bisa meminimalisir tingkat kerugian yang diperoleh. Bagi saya tujuannya hanyalah profit secara konsisten. Maka saya tidak mengelak jika George Soros berkata,"Forex trading adalah mesin penghasil uang terhebat di dunia.. sampai saat ini belum ada yang menandinginya".
Jadi, jangan bermain Forex jika tidak siap rugi. Berandai-andai boleh, namun perlu diingat bahwa 10% dari modal perhari sudah lebih dari cukup, stop dan bisa masuk kembali ke pasar esok pagi. Bagi saya 1% saja sudah seneng atau bisa juga dengan ABC saja (asal biru close haha).
3. Crypto
Saya berkenalan dengan crypto sebenarnya sudah lama yaitu sejak tahun 2015-2017 namun karena diharamkan bermain crypto saat itu pun saya mengurungkan niat untuk mencoba. Padahal kala itu harga BTC masih 25 juta. Bayangkan saja jika saya sudah punya 1 koin waktu itu, pasti sekarang sudah kipas-kipas dengan uang. (Berkhayal).
Bermain Crypto saat ini juga merupakan alternatif lain jika sudah lelah bermain saham. Saham saat ini masih sideways dan dari Crypto sebenarnya lumayan hasilnya, tidak perlu menunggu berbulan-bulan uang berbunga. Saya pun memiliki koin yang lumayan membuat hoki bagi saya, sehingga kerugian dari cutloss saham bisa ditutupi dari hasil Crypto.
Oleh sebab itu, banyak yang menambang koin karena lalu lintas uang digital sudah sangat ramai. Akan tetapi, saat ini koin sedang turun-turunnya karena BTC turun, ETH turun. Hal ini ada hubungannya dengan tesla (mobil listrik), awalnya mereka mau menerima pembayaran dengan BTC tapi tiba-tiba mengubah keputusannya karena dengan alasan BTC tidak ramah lingkungan. Saya setuju bahwa ketidakramahannya adalah karena banyak sekali daya yang dibutuhkan untuk transaksi dan menambang.
Meskipun demikian, saya tetap berharap per-koinan bisa bangkit lagi bahkan bisa to the moon. Ups. Jiwa ini tidak sabar menunggu hari itu akan datang. Saya masih memiliki iman, bahwa per-koinan akan terus berkembang (meskipun kadang ada masanya turun), karena saat ini memang seluruh negara mengupayakan semuanya serba digital dan semesta juga menciptakan pandemic (omong opo to).
Sebenarnya bukan hanya 3 investasi diatas yang mampu menggandakan uang, masih banyak lagi yang lain seperti option, binomo, dan bermain saham di luar negeri lainnya.
Sekian ya, ilmu tentang kegalauan hidup dalam berinvestasi. Saya yakin kalian (saya) tidak sendiri. Wkwkwk.
Comments
Post a Comment